Saturday, January 31, 2009

REVIEW TIMNAS PRA-PIALA ASIA 2011 INDONESIA vs Australia

Di Jakarta 28 Januari 2009 Timnas berhasil menahan Australia tanpa gol. Malam itu di Gelora Bung Karno Australia menurunkan pemain-pemain liga lokalnya seperti Craig Moore, Rodry Vargaz, Danny Allsopp dan Archie Thompson tanpa diperkuat mereka yang bermain di Liga Eropa seperti Tim Cahill, Lucas Neill, Harry Kewell dan Mark Bresciano. Timnas menurunkan formasi 4 3 3 dengan kuartet back Isnan,Ricardo masing-masing back disayap dan di centre back ada Kharis dan Maman. Sama ketika melawan Oman Ponaryo, Hariono dan Firman menempati pemain tengah sedangkan Boaz dan Budi sebagai sayap kiri dan kanan saling bergantian. Musafri kali ini diturunkan sebagai striker. Formasi 4 3 3 berubah menjadi 4 5 1 ketika diserang lawan. Timnas seperti biasa memulai pertandingan dengan melakukan banyak kesalahan terutama menghadapi bola crossing dan bola-bola atas Australia. Akurasi umpan pendek maupun jauh sangat buruk. Sebaliknya di babak I ini ball posisition Australia sangat menonjol dengan passing-passing akurat. Penjagaan bola secara individu juga sempurna sehingga bola begitu sulit direbut pemain Indonesia. Namun pertengahan babak I Timnas mulai berani menyerang dengan bola-bola pendek rapat disertai kecepatan akselerasi pemain seperti Boaz dan Budi membuat pemain belakang Australia kedodoran. Paling tidak ada tiga peluang gol di Babak I. Tendangan keras Firman dari luar kotan pinalti dapat ditangkap penjaga gawang Australia. Peluang kedua tendangan kaki kanan Musafri memanfaatkan umpan cerdik Firman di dalam kotak penalti namun tendangannya tipis melenceng ditiang gawang kanan Australia padahal penjaga gawang sudah out position. Peluang ketiga ketika Boaz mendribling bola melewati tiga pemain belakang, tendangan kaki kirinya dapat di block back Australia asal Chili yaitu Rodiguez Vargaz.
Secara keseluruhan Timnas sudah mulai menemukan pola bermain yang memiliki karakter. Hanya ada beberapa kebiasaan jelek yang selalu diulang ulang misalnya terlambat melepas bola sehingga mudah diantisipasi lawan. Stamina di babak II mulai habis. Acungan jempol khusus diberikan kepada Hariono. Pemain ini sangat menonjol dalam pertandingan malam itu juga ketika melawan Oman 19 Januari 2009 yang lalu. Hariono parner yang cocok buat Ponaryo dan Firman. Acungan jempol juga patut diberika kepada barisan belakang yang tetap fokus menahan manuver-manuver Archie Thompson, striker Australia sehingga tidak terjadi kebobolan walaupun ada blunder Markus Horizon tapi secara keseluruhan pertahanan Timnas cukup taktis dan tenang. Trio pemain tengah juga cukup baik. Firman, Ponaryo dan Hariono bahu membahu meredam pemain-pemain Australia yang posturnya lebih tinggi dari mereka. Untuk barisan depan masih belum maksimal terutama finishing touch. Baik Budi, Boaz, Musafri, BP yang masuk di babak II.
Peluang-peluang di Babak II paling tidak ada tiga peluang. Umpan Budi di depan gawang pada menit ke 52 tidak ada yang mengantisipasi karena posisi Musafri terlalu dalam. Sundulan Budi di mulut gawang terlalu lemah sehingga dapat ditangkap penjaga gawang dan terakhir umpan BP tidak dapat diselesaikan Elly Eboy yang tendangannya terlambat sehingga dapat diblock Rody Vargas. Demikian pula dua tendangan kaki kiri BP di menit-menit akhir dapat diblock pemain belakang lawan.
Melihat penampilan Australia sendiri sebenarnya permainan mereka tidak istimewa. Mereka bermain sepak bola standar saja. Namun standarnya mereka masih diatas rata-rata pemain-pemain kita. Mereka juga unggul dalam postur tubuh dan stamina sehingga setiap duel satu lawan satu tentu saja pemain kita kalah.
Banyak harapan pada Timnas setelah dua pertandingan Pra-Piala Asia melawan Oman dan Australia. Perlu dilakukan peningkatan fisik, stamina. Mental bertanding dan rasa percaya diri sudah mulai tumbuh. Masih banyak waktu untuk berbenah karena pertandingan selanjutnya melawan Kuwait dilakukan bulan Nopember 2009. Biarlah para pemain kembali ke klub untuk mengikuti Liga Super dan mereka harus tetap menjaga kondisi secara profesional. Melalui Liga Super seharusnya kita mampu meningkatkan standar sepak bola kita.

No comments:

Post a Comment